Selasa, 21 Juni 2011

45 Buaya Ini Naik Kapal Menuju Tangerang

BANJARBARU, KOMPAS.com — Sebanyak 45 buaya yang di kolam penangkaran PT Alas Watu Utama di kawasan Mekatani, Kelurahan Guntung Manggis, Kota Banjarbaru, Kalimantan Selatan, di kirim ke Tangerang, Banten.
Koordinator Bidang Konservasi Keanekaragaman Hayati Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Banjarbaru Siska di Banjarbaru, Senin, mengatakan, pengiriman puluhan reptil tersebut dilakukan pada hari ini melalui jalur laut.
"Sebelumnya, satu per satu buaya ditangkap dari kolam sejak Jumat hingga Minggu dan setelah dimasukkan ke dalam kotak kayu kemudian dikirim ke Tangerang melalui jalur laut hari ini," ujarnya, Senin (20/6/2011).
Ia mengatakan, binatang buas yang sudah dipelihara puluhan tahun di kolam milik perusahaan kayu PT Daya Sakti Group itu diangkut menggunakan kapal Fery menuju Surabaya, Jawa Timur.
Sesampainya di Surabaya, buaya-buaya itu diangkut menggunakan kendaraan khusus menuju Tangerang untuk menempati kolam penangkaran baru milik warga yang khusus menangkarkan binatang karnivora tersebut.
"Jika prosesnya berjalan lancar dan tidak ada hambatan, perjalanan sejak Pelabuhan Trisakti Banjarmasin hingga ke Kota Tangerang diperkirakan memakan waktu tiga hari," ungkapnya.
Dia menjelaskan, selain mendapat pengawalan petugas selama di perjalanan, buaya-buaya itu dimasukkan satu per satu ke dalam peti kayu sesuai ukuran tubuh dengan mulut dan kaki diikat.
"Pengamanan ekstra diperlukan karena dikhawatirkan saat di perjalanan berontak sehingga mengganggu proses pengiriman menuju tempat barunya," ujar dia.
Pengiriman 45  buaya dari kolam penangkaran PT  Alas Watu Utama (AWU) di Kota Banjarbaru ke Kota Tangerang merupakan pengiriman kedua. Pada  tahap pertama lalu 40 ekor buaya setempat juga dipindahkan ke lokasi baru.
Lokasi baru itu terletak di Kabupaten Tanah Bumbu yang masih masuk wilayah Provinsi Kalsel berjarak sekitar 300 kilometer dari Kota Banjarbaru di penangkaran milik satu pengusaha asal kabupaten tersebut.
Pemindahan puluhan  buaya itu atas saran Dirjen Pengelolaan Hutan dan Konservasi Alam Kementerian Kehutanan Darori yang melihat pemeliharaan buaya di kolam PT AWU kurang baik.
"Kami sempat meninjau kolam penangkaran buaya ditempat itu dan melihat kondisinya tidak terawat sehingga menyarankan pengelola memindahkan penangkaran ke tempat lain," ujar Darori saat melihat pemindahan tahap pertama lalu.

http://sains.kompas.com/read/2011/06/20/19515030/45.Buaya.Ini.Naik.Kapal.Menuju.Tangerang

Tahun 3000, Lapisan Es di Antartika Akan Lenyap

Naiknya tiungkat karbon dioksida akan menghilangkan lapisan es di Antartika Barat dan menyebabkan naiknya permukaan air laut setidaknya 13 kaki, atau setara 3,96 meter, pada 1000 tahun mendatang.

Kesimpulan diperoleh setelah sejumlah ahli meneliti sejumlah hal. Dari trend kenaikan permukaan laut hingga lapisan es di Antartika.

Para ahli itu menyebutkan bahwa kenaikan permukaan air laut itu  disebabkan oleh emisi karbon dioksida yang terus-terusan dipompa ke atmosfer.

Emisi itulah yang menyebabkan runtuhnya es di Antartika Barat, yang diperkirakan akan terjadi sekitar tahun 3000. Jika itu terjadi, maka volume air laut naik dan mungkin saja akan terjadi bencana.

Bahkan, "Lapisan es Antartika kemungkinan besar akan runtuh lebih cepat.  Dan efek dari inersia (kelembaban) perubahan iklim yang sebenarnya akan jauh lebih buruk," kata Profesor Shawn Marshall, pemimpin studi dari University of Calgary di Kanada, yang diberitakan Daily Mail.
"Kami membuat skenario 'bagaimana jika terjadi," ujar  Marshall .

"Bagaimana jika manusia berhenti menggunakan bahan bakar dari fosil dan tidak menghasilkan lagi karbon dioksida di atmosfir? Berapa lama yang dibutuhkan untuk membalikkan perubahan iklim seperti dahulu lagi?"

Studi terbaru ini, yang sempat dipublikasikan di jurnal Nature Geoscience, merupakan studi pertama yang memprediski nasib Bumi pada 1000 tahun mendatang.

Para ilmuwan menggunakan simulasi komputer untuk menjelajahi skenario 'emisi nol' yang dimulai pada tahun 2010 dan 2100.

Berdasarkan simulasi komputer, belahan bumi utara kondisinya lebih baik dari belahan bumi sebelah selatan, dengan pola pembalikan perubahan iklim dan bingkai waktu 1.000 tahun untuk tempat seperti Kanada.

Selain es Antartika Barat yang mencair, di waktu yang sama, 30 persen gurun di bagian utara Afrika berubah menjadi tanah kering. Pemanasan laut yang meningkat sampai lima persen memicu runtuhnya lapisan es Antartika Barat, yang luasnya kurang lebih sama dengan luas padang rumput di Kanada.

Penelitian ini belum usai. Para ilmuwan berencana untuk melanjutkan riset ini untuk mengetahui lebih lanjut kapan es Antartika Barat benar-benar hancur dan mencair. (ar/ok/vs) www.suaramedia.com

Selasa, 07 Juni 2011

KEANEHAN MATEMATIKA

Pernah terpikirkan oleh Anda tentang keanehan Matematika? Yah ada beberapa keanehan Matematika, ternyata Matematika bukan ilmu pasti. Anda mungkin akan bertanya benarkah Matematika bukan ilmu pasti? Aku pernah iseng-iseng ngotak-atik teori matematika dasar dan saya menemukan sedikit keanehan.

Begini, berapakah 1+1 ? Pikirkan baik-baik sebelum anda menjawabnya. Jika sudah, saya yakin anda akan menjawab bahwa 1+1 adalah 2. Tapi dengan menggunakan teori dasar aljabar saya menemukan bahwa 1+1 bukanlah 2 melainkan 1+1 adalah 1. Inilah yang saya maksud dengan Matematika bukan ilmu pasti. Jika Anda yakin angka 2 sebagai jawabannya, mari kita lihat proses perhitungan berikut :

Masih ingat pada hasil perkalian (a+b)(a-b) = (a2-b2), jadi kalau saya ganti b dengan a, sehingga menjadi (a+a)(a-a) = a2 - a2, sekarang mari kita olah.

(a + a)(a - a) = a2 - a2
(a + a)(a - a) = a(a - a), kemudaian kedua ruas dibagi (a - a) hasilnya :
a = a + a, kemudian kedua ruas dibagi a sehingga hasilnya :
1 = 1 + 1

Terbukti bahwa 1 + 1 = 1. Itu baru salah satu keanehan Matematika. Pada postingan berikutnya saya akan memposting berbagai keanehand dan keunikan Matematika.

Katak Terkecil Asia Ditemukan Hidup di Dalam Tumbuhan Karnivora di Borne

indonesia.mongabay.com
Diterjemahkan oleh Indie Banget
September 04, 2010





Satu dari katak terkecil di dunia ditemukan hidup di dalam tumbuhan kantong semar di Borneo, menurut laporan Conservation International, kelompok konservasi yang bersama dengan IUCN sedang mendukung kampanye untuk mencari beberapa "amfibi yang hilang" di dunia.

Spesies ini, dituliskan dalam Zootaxa oleh Indraneil Das dan Alexander Haas dari Institut Keragaman Hayati dan Konservasi Lingkungan di Universiti Malaysia Sarawak dan Biozentrum Grindel und Zoologisches Museum Hamburg, dinamakan Microhyla nepenthicola sesuai dengan nama tanaman di mana katak itu ditemukan, Nepenthes ampullaria, spesies tumbuhan kantong semar dari Borneo Malaysia. Banyak dari spesies tumbuhan kantong semar ini karnivora, bergantung pada serangga yang tertangkap untuk memberikan nutrisi, bila tidak mereka tidak dapat hidup di tanah yang buruk dan asam di mana bereka biasa tumbuh. Nepenthes ampullaria menggantinya dengan membusukkan zat-zat organik yang ia kumpulkan di kantongnya.



Spesies baru katak mini ditemukan di Borneo. Microhyla nepenthicola, tampak di sini di ujung pensil, ukurannya sebesar kacang polong.© Indraneil Das/ Institut Keragaman Hayati dan Konservasi Lingkungan


A freshly metamorphosed (averaging 3.5mm) Microhyla nepenthicola sp. nov. di uang koin. Katak terkecil dari Dunia Lama dan salah satu dari yang terkecil di dunia ditemukan di padang rumput Borneo. © Indraneil Das/ Institut Keragaman Hayati dan Konservasi Lingkungan


Habitat mikro dari spesies katak mini Microhyla nepenthicola yang baru ditemukan, menunjukkan bagian dari tumbuhan yang digunakan oleh katak tersebut untuk berkembang biak. © Alexander Haas
Microhyla nepenthicola hidup di dalam dan sekitar Nepenthes ampullaria. Katak tersebut menyimpat telurnya di bagian samping kantongnya. Ketika menetas, anak-anak kataknya tumbuh dalam cairan yang terkumpul dalam rongga penjebak serangga tumbuhan tersebut.

Katak baru ini dinamakan microhylid, famili dari katak dengan panjang kurang dari 15 milimeter. Katak jantan dewasa dari spesies baru ini berukuran sekitar 10,6 hingga 12,8 mm atau "seukuran kacang polong", menurut Conservation International (CI), yang mencatat bahwa sampai sekarang ini adalah katak terkecil yang ditemukan di Asia, Afrika atau Eropa.

Habitat yang suram dan berukuran kecil dari katak ini telah membuatnya tidak dikenal oleh sains hingga saat ini, meski koleksi museum memuat spesimen yang tidak dikenal sebagai spesies baru.

"Saya melihat beberapa spesimen di koleksi museum yang usianya lebih dari 100 tahun. Ilmuwan mungkin saja mengira bahwa mereka anak dari spesies lain, namun ternyate mereka merupakan katak dewasa dari spesies mikro yang baru ditemukan ini," ucap Das dalam sebuah pernyataan.

Peneliti menemukan katak itu dengan mengikuti suaranya.

"Nyanyiannya biasanya mulai saat senja, dengan para pejantan berkumpul di dalam dan sekitar kantong tanaman," menurut pernyataan CI dalam sebuah email. "Mereka bersuara dalam rentetan nada yang kasar dan serak yang berlangsung selama beberapa menit dengan interval sunyi yang singkat. 'Simfoni amfibi' ini berlangsung sejak matahari tenggelam hingga puncaknya di jam-jam awal sore."

Penemuan ini muncul saat Kelompok Spesialis Amfibi CI dan IUCN sedang bersiap-siap meluncurkan usaha untuk "menemukan kembali" 100 spesies amfibi yang "hilang" - spesies yang saat ini dianggap "berpotensi punah" namun mungkin saja muncul keberadaannya di bagian-bagian terpencil di dunia. Kampanye amfibi yang "hilang" ini akan dilacak di conservation.org/lostfrogs.


Microhyla nepenthicola remaja, katak terkecil di Dunia Lama dan yang terkecil di dunia, di alat pengukur. Katak jantan dari spesies yang baru ditemukan ini ukurannya berkisar 10,6 dan 12,8 mm. © Indraneil Das/ Institut Keragaman Hayati dan Konservasi Lingkungan





Spesies katak mini yang baru ditemukan (Microhyla nepenthicola) duduk di bibir tumbuhan kantong semar. © Indraneil Das/ Institut Keragaman Hayati dan Konservasi Lingkungan
Indraneil Das memimpin tim yang akan mencari Sambas Stream Toad (Ansonia latidisca) di Indonesia dan Malaysia di bulan September sebagai bagian dari inisiatif. Katak ini terakhir terlihat di tahun 1950 dan dipercaya merupakan korban dari meningkatnya pengendapan sungai akibat penebangan.

Kampanye ini bertujuan untuk menunjukkan buruknya keadaan amfibi, yang menurun di seluruh dunia. Perubahan iklim, meningkatnya penggunaan pestisida, perusakan habitat, pengumpulan yang tidak bertanggungjawab untuk perdagangan hewan peliharaan, spesies yang diperkenalkan, dan munculnya penyakit dipercaya sebagai penyebab utama dari punahnya hampir 200 spesies katak, salamander, dan kadal sejak 1980-an. Paling tidak sepertiga dari 6.000+ spesies amfibi dunia yang diketahui terklasifikasikan sebagai terancam punah.


Artikel ini salah mengdeskripsikan Nepenthes ampullaria sebagai tumbuhan kantong semar karnivora. Kenyataannya, ini adalah tanaman detritivorous. Mongabay menyesalkan kesalahan ini.

Update 2: Mongabay telah diinformasikan bahwa Nepenthes ampullaria ini paling tidak sebagian karnivora seperti yang dituliskan awalnya. Pembaca Jonathan Moran mencatat: "Sementara N. ampullaria, secara teknis, merupakan detrivora dan karnivora - sekitar 35% nitrogennya diambil dari dedaunan yang jatuh; keseimbangannya kemungkinannya didapat dari mangsa tangkapan (mereka menangkap serangga, kebanyakan semut, tapi sangat lambat), dan kemungkinan serapan akar."









BIOGAS DARI KULIT SINGKON

A.      Pengantar
Wonogiri merupakan kabupaten yang mendapat julukan sebagai kota gaplek. Karena sebagian besar hasil pertaniannya adalah singkong. Singkong yang ditanam oleh petani di Kabupaten Wonogiri pada umumnya dijadikan gaplek (singkong yang dikeringkan) terlebih dahulu kemudian sebagian besar dijual dan yang lain dikonsumsi untuk pengganti makanan pokok beras atau dijadikan tiwul.
            Menurut Catatan Wonogiri Dalam Angka, dalam setiap tahunnya Wonogiri rata-rata menghasilkan 178,92 kw/ha singkong. Dengan luas panen 70.529 ha dan produksi singkong 12.619.096 kw.
            Dari data-data tersebut terlihat bahwa selama ini yang dimanfaatkan hanyalah singkongnya saja. Sedangkan dari situ masih menyisakan kulit singkong yang menumpuk dan kurang bisa dimanfaatkan karena yang digunakan sebagai pakan ternak jumlahnya hanya sedikit sebab jika terlalu banyak bisa menyebabkan keracunan. Karena di dalam singkong mengandung racun sianida.
            Oleh karena itu, kami dari team KIR SMAN 1 Girimarto mencoba memanfaatkan limbah kulit singkong  untuk pembuatan biogas sebagai bahan bakar alternative dalam rumah tangga, selain mengurangi sampah juga sebagai salah satu solusi dimasa sekarang, dimana BMM langka dan harganya naik. Dengan begitu diharapkan dapat membantu masyarakat Wonogiri pada khususnya untuk mengatasi naiknya harga minyak maupun gas untuk keperluan rumah tangga.
B. Cara Pembuatan
(i) Alat dan Bahan
1. Alat pemroses Biogas terdiri dari drum besar sebagai digester (penampung bahan), drum penampung gas dan drum penyekat;
2. Kompor dan selang gas;
3. Kulit singkong yang sudah dicacah 20 kg;
4. Starter berupa lumpur aktif dan kotoran sapi 12 kg.
(ii) Cara Pembuatan
1. Mencampurkan kulit singkong, air dan starter lumpur aktif organik. Mengaduk semua bahan tersebut sampai tercampur rata.
2. Mengaduk bahan sampai tidak terlalu kental atau terlalu encer. Kemudian membersihkan dari benda-benda padatan lain yang ada di dalamnya.
3. Memasukkan bahan isian ke dalam tangki pencerna.
4. Memasukkan air ke dalam tangki penyekat sampai setinggi 85 cm. Air ini digunakan sebagai parameter banyaknya gas yang terdapat dalam tangki pengumpul.
5. Memasukkan tangki pengumpul ke dalam tangki penyekat.
6. Menghubungkan selang gas pada rangkaian alat pemroses yaitu tangki pencerna ke tangki pengumpul dan tangki pengumpul ke kompor gas
Ditunggu sampai gas muncul dengan indicator jika tangki pengumpul naik berarti gas sudah keluar. Dan diuji cobakan dengan pembakaran



C. Hasil
Dalam pembuatan biogas dari kulit singkong, gas yang diperoleh tidak secepat biogas dari limbah kotoran hewan. Sebab dalam kulit singkong masih mengandung zat kayu (lignin) yang sulit dicerna oleh bakteri methan yaitu bakteri anaerob yang mencerna limbah menjadi gas methane dalam ruang kedap udara. Sehingga proses pencernaan limbah kulit singkong menjadi gas methane yang dimanfaatkan sebagai biogas diperoleh dalam waktu yang lama. Dari percobaan kami diperlukan waktu 3 bulan untuk menghasilkan biogas sampai bias digunakan untuk memasak.
Hal ini dikarenakan ada beberapa hal yang mempengaruhi selain hal di atas. Karena ada beberapa factor yang mempengaruhi produksi biogas antara lain kondisi anaerob, bahan baku isian, imbangan C/N, temperature, pH dan starter. Dari faktor-faktor itu jika salah satu faktor kurang terpenuhi juga mempengaruhi produksi gas.
Dalam pembuatan biogas ini gas yang muncul pertama kali belum bisa digunakan karena gas yang keluar didominasi oleh gas CO2. Sehingga gas ini harus dikeluarkan, kemudian ditunggu sampai gas yang keluar dapat dibakar(dimanfaatkan).
Setelah berhasil didapatkan biogas dari limbah kulit singkong, jika dilihat secara fisik gasnya tidak berbau dan tidak berwarna. Namun ketika dibakar gasnya berwarna biru jernih(tidak kekuningan) sehingga menimbulkan panas yang lebih dibandingkan pembakaran dengan minyak tanah atau kayu bakar.
Dilihat dari alat dan bahan pembuatannya, pembuatan biogas dari kulit singkong ini tidaklah mahal ataupun sulit. Sebab alat yang digunakan untuk memproses biogas dapat diperoleh dengan memanfaatkan drum bekas dan biaya perancangannya juga tidak mahal. Sebab alat ini tidak sekali pakai digunakan artinya hanya diperlukan modal pada saat awal pembuatan untuk seterusnya hanya mengisi ulang bahan baku yang mudah kita dapatkan.
Berikut skema pembuatan bioga dari kulit singkong








Keterangan:
A.      Bahan baku: kulit singkong & starter
B.      Drum digester(pemroses biogas)
C.      Drum pengumpul gas
D.      Kompor
E.       Drum penyekat (indicator munculnya gas)
F.       Selang gas
sumber :Fluorinregarfiqry's blog